SEJARAH STREET CUB HONDA
Honda, siapa yang tidak kenal? Produsen motor asal Jepang ini memang sudah fenomenal dan memperoleh titel “best selling motorcycles in the world”. Kini cukup besar dan digdayanya wilayah penjualan Honda bahkan di Indonesia, di beberapa daerah saja Honda menjadi kalimat pengganti “motor”.
Namun sehebat-hebatnya Honda, sebenarnya dahulu dia cuma underdog di pasar motor internasional, Honda harus bersaing dengan BSA, Auto Union, Harley Davidson, BMW dan lain sebagainya. Dengan kubikasi yang besar dan kokoh, tentu bermain dengan cara biasa [membuat motor dengan tipe yang sama] akan kewalahan, apalagi ini merk kurang terkenal dari negara ujung timur sanah. So Honda mencoba memutar otak untuk membuat sesuatu yang innovatif, dan akhirnya benda ini keluar dengan nama Honda SuperCub.
Super Cub Generasi 1

Sejatinya motor ini dipasarkan dengan 3 tipe yaitu Honda C50, C80 dan C100 dan lahir pada tahun 1958, namun Honda C50 hadir di Indonesia pada tahun 1961. Motor ini dijuluki “bebek unyil” dengan identitas lampu yang berada di dada motor, mesin 50 cc dan kunci kontak disamping jok. Di belahan dunia lain motor ini disambut cukup antusias, seperti di Amerika dan Australia. Bahkan sebuah band bernama Beach Boys membuat lagu khusus untuk Honda Cub berjudul “Little Honda”.
Super Cub Generasi 2

Pada tahun 1966, Honda akhirnya merefresh kembali motor andalannya, mengingat penjualannya yang melejit bak kacang goreng, tentu refreshment menjadi perlu. Nah mulai dari sini tidak hanya body yang diupdate namun juga kubikasinya. Keluarlah Honda C50, C70 dan C90 [C90 menggunakan kopling]. Julukan yang sering kita kenal adalah “pispot” karena identitas joknya yang mirip pispot dan terpisah dengan belakang . Selain jok berbentuk pispot, identitas cub gen 2 ini juga terdapat di posisi headlamp yang menyatu dengan setang. Cub generasi kedua akhirnya berhenti di tahun 1973.
Super Cub Generasi 3

Untuk generasi ketiga ini hanya dijual tipe 70 cc saja dan masih wira wiri sampai sekarang. Sekilas memang tidak ada perubahan dengan generasi 2. Perubahan yang paling terlihat adalah kunci kontak yang berada di dekat setang, Jok boncenger dan rider menjadi satu dan setangnya kini berbentuk V. Di generasi ini dikenal dengan nama “pitung” karena dalam bahasa jawa pitung puluh artinya tujuh puluh sesuai kubikasi cub ini.
Honda Astrea 700 dan 800

Karier Honda Super Cub berhenti pada tahun 80an dan dilanjutkan tahtanya oleh Honda Astrea 700 dan Honda Astrea 800. Pertama kita ngobrol Astrea 700 aja kali ya, nah apa bedanya dengan pitung? Wah diferensiasinya cukup besar karena motor ini didesain serba mengotak dan totally full change. Desain motor ini bisa terlihat dari headlamp berbentuk trapesium, lampu sein kotak bertengger di setang, stoplamp kotak dengan sein pisah posisinya tepat di bawah jok, dan panel speedometer mengotak dan menyatu dengan lubang kunci. Mesinnya tetap 70 cc 3 speed penyempurnaan dari pitung. Setelah itu Honda melakukan facelift dengan mengeluarkan Honda Astrea 800.

Mulai dari sini Astrea 800 melakukan pembenahan dengan jok yang bertambah lebar, punuk yang lebih ramping, speedometer dengan dimensi yang lebar dan informatif, visor di batok, lubang kunci di bawah setang dan lampu kini berada di bawah jok dan lampu sein menyatu dengan headlamp/stoplamp. Soal kubikasi bertambah menjadi 80 cc dan transmisi masih 3-speed.
Honda Astrea Star dan Astrea Prima

Sebenarnya dalam generasi ini bisa dibilang penyempurnaan semata dari tipe Astrea 700 dan Astrea 800. Astrea Star hadir pada tahun 1985 sebagai pengganti Astrea 800. Perbedaan bisa terlihat dari headlamp yang berbentuk trapesium namun lebih ramping, lampu sein lebih slim dan simpel, sayap juga lebih minimalis, selain itu perbedaan juga terlihat di stoplamp berbentuk ekor bebek. Dari segi mesin Star sudah memakai CDI, tidak platina.

Setelah itu tahta dilanjutkan kepada Astrea Prima pada tahun 1988, ini adalah versi minor change dari Astrea Star. Namun penambahan kelengkapannya cukup wow. Seperti shockbreker depan yang sudah teleskopik dan kubikasi mesinnya yang 95 cc, ah anggap saja 100 cc, oh ya transmisinya juga sudah 4-speed. Versi ini masih built-up dari Jepang dan yang mencengangkan, topspeednya bisa 120 km/jam.
Honda Astrea Grand

Sebagai penerus Prima, Grand cukup banyak perubahan di sektor bodi pada tahun 1991, gap antara Grand dan Prima memang cukup dekat sebab di era ini kompetitor sudah mulai mengganas. Sebut saja Yamaha Alfa dan Suzuki Crystal. Oleh sebab itu Grand ada sebagai refreshment dari Prima, berbekal mesin yang tidak jauh berbeda dengan Prima namun bodi dibuat lebih aerodinamis dan slim. Selain itu headlamp dan stoplamp dibuat minimalis dan mengikuti lekuk bodi sehingga tidak terkesan kaku. Perbedaan lain terdapat di footstep belakang yang penempatan dudukannya terpisah, tidak mengikuti swingarm, alhasil meminimalisir getaran.

Pada tahun 1994, Grand kembali update dengan menambahkan seperti spoiler duck tail di belakang beserta stoplamp. Bisa dibilang di generasi inilah penjualan Honda makin meningkat tajam. Topspeed pun masih 120 km/jam.
Honda Astrea Supra dan Honda Astrea Impressa

Di tahun 1997 hadirlah penerus Grand dengan tampilan yang lebih modern dan berkelas, yaitu Toyota Supra. Yup ini adalah Supra generasi pertama dengan mesin yang tidak berbeda dengan mesin C sebelumnya namun desainnya fully changed. Headlamp kini menyatu dengan sein, stoplamp kini mengadopsi desain ducktail, suspensi belakang per-nya terekspos [penting amat haha…] dan speedometer yang jauh lebih modern dan mudah terpantau. Dari sini penjualan Honda semakin moncer karena desainnya yang slim dan modern. Sadly topspeed menurun menjadi 100 km/jam, namun tidak masalah, masih waw untuk motor berkubikasi 100 cc

Di saat yang sama Honda masih menyiapkan generasi Astrea dengan desain Prima untuk konsumen-konsumen yang “terjebak masa lalu” . Motor ini dinamakanSubaru Impressa WRX STI hadir menempatkan diri di low segmen Supra. Dari segi tampilan, well tidak ada yang berubah dengan grand edisi terakhir, hanya striping lebih minimalis.
Komentar
Posting Komentar